(Ficlet) He is Me

Gambar

Title : He is Me
Scriptwriter : Firda Kwon
Main cast : Do Kyungsoo, Do Myungsoo (OC)
Genre : Brothership, Hurt
Duration : Ficlet
Summary : Aku melupakan satu hal yang hilang dariku sejak kami tubuh bersama. Dia lebih sering tersenyum sedangkan aku lebih sering mengutuk hidupku di banding mensyukurinya.

 

 Kyungsoo pov.

 

Aku benci pemuda itu, ya aku sangat membencinya. Kenapa dia selalu tersenyum disaat semua orang menghinanya, dasar bodoh. Aku berdecak kesal dan tetap memandanginya dari jauh. Di ujung koridor  tampak saudara kembarku Myungsoo tengah jadi bahan ejekan segerombol pemuda, terkadang salah satu dari mereka melemparinya dengan kulit kacang tapi lihat apa yang ia lakukan, dia malah tersenyum ceria seolah mereka tengah bercanda bersamanya. Aku tak tahan melihatnya akhirnya aku putuskan untuk menariknya keluar dari gerombolan itu dan seperti biasa bibir-bibir ember mereka mengiringi langkahku.

 

“Berhenti bertingkah bodoh,”Bentakku ketika kami sudah menjauh dari gerombolan itu. Dia hanya tersenyum dan memegang tanganku.

 

“Kyungsoo lihatlah aku menggambar kita”Dia menyodorkan kertas tapi tak sempat aku melihatnya aku menangkis kertas itu.

 

“Awas jika kau bertingkah bodoh lagi, tak akan kubantu”Bentakku sekali lagi sebelum meninggalkannya. Samar aku mendengar dia memanggil namaku tapi aku tak menghiraukannya, moodku selalu buruk saat melihatnya.

 

Kyungsoo pov end.

 

O.O

 

Seorang pemuda tengah sibuk dengan rubik di depannya. Dia memutarnya sedemikian rupa untuk menyatukan warna rubik itu. Raut wajahnya menegang penuh konsentrasi, tak berapa lama muncul dua orang pemuda lain mendekatinya.

 

“Ya Myungsoo, apa yang kau lakukan ?,”Tanya salah satu pemuda itu dengan nada mengejek, Myungsoo tersenyum lebar sambil menyodorkan rubik di tangannya.

 

“Aku berhasil, ibuku selalu bilang aku anak pintar tiap berhasil menyelesaikan ini”tawa kedua pemuda itu meledak hebat.

 

“Kau itu bodoh Myungsoo, Ibumu itu berbohong,”Ucap pemuda satunya di tengah tawanya, seakan tak memperdulikan ejekan temannya itu Myungsoo ikut tertawa senang.

 

“Ya Myungsoo kau mau susu pisang ?,”Ucap pemuda pertama  Myungsoo mengangguk mantap.

 

“Tapi syaratnya kau harus lari keliling lapangan dan bilang Myungsoo bodoh, Myungsoo bodoh,”tambah pemuda itu, Myungsoo berdiri dan tersenyum

 

“Baiklah”Dia berlari kelapangan dan melakukan hal yang pemuda itu katakan. Tawa bergemuruh tertuju pada Myungsoo dan tawa kemenangan kedua pemuda tadi. Disisi lain di lantai dua tampak seorang pemuda menahan amarah serta perasaan malunya. Jika bisa saat ini dia ingin agar di telan bumi. Dengan sigap ia melangkah turun menuju saudaranya itu.

 

“Myungsoo apa yang kau lakukan ?”Teriaknya sambil mencengkeram erat tangan Myungsoo agar berhenti melakukan hal konyol.

 

“Mereka menyuruhku dan akan memberiku susu pisang”Kyungsoo menujukan pandangan pada kedua sosok pemuda yang tengah tertawa penuh kemenagan di sudut lapangan.

 

“Ikut aku”Kyungsoo menarik tangan Myungsoo agar mengikutinya.

 

O.O

 

Kyungsoo Pov.

 

“Pokoknya aku ingin dia pindah”Berontakku pada ibuku, baiklah nadaku mulai tinggi sekarang. Didepanku kini Myungsoo berada di dekapan ibuku dengan wajah sumringahnya seolah tak terjadi apa-apa.

 

“Kata gurumu ia masih layak di sana dan nilainya juga baik-baik saja..”

 

“Tapi bu, dia jadi bahan bullyan di sekolah”Aku memotong ucapan ibuku, dia merasa tak nyaman dengan itu dan ini juga kali keduaku membentaknya dan jangan tanyakan alasannya siapa, sudah pasti Myungsoo.

 

“Kyungsoo..”

 

“Dan aku tak mau terus ikut dibully”suaraku melemah, aku rsakan mata ibu mulai berkaca-kaca, yah aku benci melihatnya menangis. Aku mendekat kearahnya dan aku raih tubuh rapuhnya, aku tau selelah apapun aku ibukulah orang yang paling lelah disini.

 

“Maaf bu”bisikku ia mulai mengusap puncak kepalaku, di sisi lain Myungsoo tak mau kalah denganku ia ikut tenggelam dalam pelukan kami. Oh Tuhan ini akan jadi keluarga yang menyenangkan jika semua normal.

 

O.O

 

“Dia punya bakat di bidang seni dan aku rasa dia juga sangat baik di matematika”Dokter psikolog Myungsoo menjelaskan perkembangan Myungsoo pada kami. Mata ibu mulai berair lagi, selalu seperti ini tiap jadwal terapi Myungsoo.

 

“Jadi apa kesimpulannya ?”kini aku mulai membuka suara sekarang, jujur aku tak begitu suka hal-hal yang bertele-tele.

 

“Jadi ini bukan gangguan otak atau gangguan mental, ini semacam suatu syndrom langka yang jarang terjadi, apa dia bisa berkonsentrasi penuh dengan sesuatu”

 

“Kadang saat ia mengerjakan matematika atau menggambar”kini ibuku mulai membuka suara, raut wajahnya penuh kekhawatiran sekarang.

 

“Hmm ini menarik, apa ada yang lain ?”

 

“Saat main rubik”tambahku

 

“Baiklah akan kucari tau apa syndromnya dan untuk saat ini terus pantau dia”

 

O.O

 

Aku memperhatikan Myungsoo dari jauh, Ya seperti biasa di ujung koridor sana ia tengah tersenyum ceria diantara ejekan teman-temanku. Ini sulitkan membiarkannya di bully atau ikut di bully. Jujur aku lelah selalu jadi penengah atau penerus ocehan mereka . Akhirnya aku putuskan untuk memperhatikannya saja dari jauh. Semakin aku berdiam aku semakin melihat diriku sendiri tengah di bully di sana. Oh sial kami memang kembar identik bahkan tiap melihatnya aku serasa berkaca pada diriku sendiri.

 

“Apa kau senang terus membullynya”Ucapku setiba di tengah gerombolan, aku tak tau kenapa aku lagi-lagi melibatkan diriku disini. Baiklah dibanding  egoku, aku tak suka melihat saudaraku di tindas.

 

“Oh ada Kyungsoo, Kenapa kau tak suka aku menghina saudara idiotmu ?”ejeknya

 

“Saudara idiot ?”aku tersenyum mengejek “Kau terlihat lebih idiot di sekarang, bagaimana mungkin kau menghina saudaraku di depanku”Myungsoo menatapku, meski tak yakin aku bisa rasakan ia tak percaya dengan ucapanku barusan.Sedetik kemudian ia tersenyum seperti biasa, mereka mengumpat sebelum meninggalkan kami, Ahh.. entahlah ada perasaan lega sekarang, aku menatap Myungsoo. Aku rasakan tangan hangatnya mengenggam tanganku.

 

“Aku menggambar kita,”Ucapnya sambil menyodoriku selembar kertas, diatasnya tampak goresan-goresan pensil dan hey gambarannya tak seburuk bayanganku, dia berbakat menggambar dan aku rasa dia bukan idiot tapi terlalu pintar iya kan. Aku tersenyum kearahnya

 

“Aku yang mana ? semua tampan tapi aku paling tampan”Dia tertawa berlebihan meski aku yakin ia tak sepenuhnya mngerti ucapanku. Ini tawa pertama kami sejak kami dewasa. Aku melupakan satu hal yang hilang dariku sejak kami tubuh bersama. Myungsoo lebih sering tersenyum sedangkan aku lebih sering mengutuk hidup hidupku di banding mensyukurinya. Aku rasa aku harus banyak belajar dari saudara bodohku ini.

 

Aku mulai memeluknya, aku sudah tak peduli dengan ejekan siapapun.

 

Dia itu aku

 

End~

 

Tinggalkan komentar